BAGAIMANA MENJADI MUSLIMAH YANG KAFFAH

 


I’M A KAFFAH MUSLIMAH

Kaffah secara bahasa artinya keseluruhan. Makna secara bahasa tersebut bisa memberikan gambaran kepada kita mengenai makna dari Muslim yang Kaffah, yakni menjadi muslim yang tidak “setengah-setengah” atau menjadi muslim yang “sungguhan,” bukan sekedar “muslim-musliman.”

Seorang Muslim belum bisa disebut Muslim yang kaffah jika ia belum menjalankan ajaran Islam disegala aspek kehidupannya. Dengan demikian, Muslim yang kaffah tidak berhenti pada ucapan kalimat syahadat saja. Muslim yang kaffah tidak berhenti pada ritual-ritual keagamaan saja, tetapi sudah menjajaki substansi dari ritual-ritual tersebut.

Muslimah kaffah ialah yang baik akhlaknya, luas ilmunya nan indah parasnya, pergaulannya tejaga serta auratnya senantiasa ia lindungi. kulitnya yang bercahaya dengan air wudhu dan bibirnya yang indah yang tidak pernah berhenti menyebut kalimat thoyyibah, mata yang jernih karena selalu membaca lembaran-lembaran ayat suci Al-Qur’an, telinganya yang senantiasa mendengar perkataan yang baik-baik serta kakinya yang selalu ia langkah kan ke tempat-tempat majlis ilmu.

MasyaAllah,.. suatu kecantikan yang hakiki bukan..?

Seorang Muslimah juga harus cerdas sebab ia memiliki peran ganda yakni akan menjadi Ibu atau madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak, Sebagaimana dalam peribahasa Al-Ummu Madrasatul Ula, menjadi istri yang shalih untuk suaminya, menjadi putri yang berbakti pada kedua orang tuanya, dan juga menjadi bagian anggota masyarakat yang baik.

Namun, faktanya tidak bisa dipungkiri di zaman sekarang banyak kaum remaja yang lebih memilih untuk mendatangi tempat-tempat yang tidak bermanfaat seperti mall, bioskop, cafe dan lain sebagainya. Mereka lebih memilih tempat seperti itu dibanding tempat-tempat yang bermanfaaat seperti majlis ilmu. Padahal kalau kita pikirkan dengan baik, majlis ilmu atau kajian itu sangat bermanfaat, selain kita dapat ilmu mendatanginya memasukinya pun kita tidak dipungut biaya sepeserpun.

Sebagai contoh lain, tak jarang dalam keseharian terlihat seorang Muslimah yang sempurna dalam menutup auratnya, rajin menghadiri majlis ta’lim, rajin berpuasa sunnah, rajin tilawah, berdzikir, akan tetapi tingkah lakunya terhadap sesamanya kurang baik, sering menggunjing, tidak ramah dan cenderung judes, apalagi jika berhadapan dengan sesama muslimah yang bukan kelompoknya, atau yang belum menutup aurat dengan sempurna sepertinya, ia akan memandang mereka dengan sinis, bahkan sekedar menjawab salamnya pun ia enggan.

Atau, sering dijumpai dalam keseharian, ada orang-orang yang dianggap masyarakat sebagai tokoh dan panutan dalam agama, ternyata masih menganggap enteng dosa riba, mengganggu orang lain, menyepelekan hutang, dan sering ingkar janji. Banyak kaum muslim yang masih sibuk dan fokus dengan dirinya sendiri dan kelompoknya, tidak peduli terhadap kondisi umat, apatis terhadap perkembangan dakwah Islam, atau bahkan menentang perjuangan kebangkitan Islam, dan lebih memilih sibuk dengan amalan fardhiyah dan zona aman.

Sejatinya, memakai jilbab dan kerudung, ritual ibadah, seperti sholat, puasa, zikir, dan ibadah fardhiyah yang lainnya merupakan simbol dari nilai-nilai Islam. menutup aurat dengan jilbab dan kerudung adalah simbol kemuliaan seorang muslimah, dengannya ia menjaga dirinya dan lingkungannya dari kemaksiatan. Sholat berjamaah menjadi simbol dari persatuan dan kebersamaan umat, puasa menjadi simbol dari empati sesama muslim, maka, alangkah ruginya jika seorang Muslimah hanya bertumpu pada simbol-simbol tanpa bisa menggapai nilai-nilai di balik simbol tersebut. Alangkah tidak berartinya ritual-ritual yang dilakukan setiap hari jika ia tidak mampu mengamalkan nilai-nilai di balik ritual itu.

Lantas, Bagaimana cara menjadi seorang muslim (muslimah) yang kafah,??

Berikut langkah untuk mewujudkan Muslim yang kaffah pernah dikatakan oleh salah satu ulama Indonesia, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta yaitu KH Ali Maksum. Pertama, orang itu harus mempelajari apa dan bagaimana itu Islam. Jadi tidak hanya belajar Islam secara simbolik, emosional dan instan, tetap berupaya memahami ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar, sabar dan mendalam.

Kedua, setelah mempelajari juga perlu untuk diamalkan dan diajarkan kembali. Untuk bisa mengajarkan kembali, seseorang harus mendapatkan ilmu dari seorang guru yang mumpuni dalam sebuah ilmu agama. Sehingga mempunyai sanad keilmuan yang jelas dan mengurangi pemahaman yang melenceng ketika mengajarkan ilmu.

Ketiga, sabar dalam berjuang bersama Islam. Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Sabar memang mudah diucapkan, tetapi tak gampang untuk dilakukan. Sehingga sabar merupakan modal besar dan istimewa bagi seorang Muslim dalam mengarungi kehidupan.

Keempat, memiliki keyakinan terhadap perjuangan Islam. Yakin ini sangat terkait dengan iman yang kokoh. Keyakinan dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam harus disertai dengan iman dan ihsan untuk memastikan bahwa perilaku baik kepada orang lain merupakan buah dari memahami agama itu sendiri.

Agama Islam merupakan sebuah sistem kehidupan, ia bukan hanya sebatas agama ritual semata. Di samping memiliki sejumlah konsepsi (fikrah), Islam juga dilengkapi dengan metode operasional (thariqah) untuk menerapkannya, menyebarluaskannya, dan mempertahankan fikrah tersebut. Thariqah untuk menerapkan Islam adalah dengan sistem (Khilafah), sedangkan thariqah untuk menyebarluaskan Islam adalah dengan dakwah dan jihad, dan thariqah untuk mempertahankan fikrah Islam adalah dengan uqubat (menerapkan sanksi). Maka dari itu, selain sebagai agama, Islam juga merupakan sebuah ideologi atau mabda, yaitu aqidah rasional yang memancarkan aturan.

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (Q. S. Al-Ma’idah:3)

Tidak ada masalah yang luput kecuali Islam punya solusinya. Syariat Islam yang sempurna dan paripurna, telah mengatur urusan manusia baik dengan Rabb-nya, yang meliputi urusan ibadah, baik itu shalat, puasa, zakat, haji, dzikir, membaca Alquran dan sebagainya. Selain itu, Islam juga mengatur urusan manusia dengan dirinya sendiri, mencakup tentang makanan dan pakaian. Mengapa dia harus makan makanan yang halal lagi baik, juga bagaimana ia harus menutup auratnya.

Maka seorang muslimah yang kaffah, ia akan menutup auratnya dengan sempurna sesuai standar Al-Qur’an.

“...Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya..” (Q. S. An-Nur:31)

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q. S. Al-Ahzab:59)

 “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Q. S Al-Baqarah:208)

Menjadi muslim yang kaffah tentunya butuh proses, namun proses itu haruslah senantiasa bergerak kepada kemajuan bukan jalan di tempat, senantiasa tawadhu dalam menerima nasihat. Karena manusia tak ada yang sempurna, maka evaluasi tentu senantiasa dibutuhkan. Untuk menuju kaffah, seorang muslim harus terus mengkaji, menuntut ilmu, melatih pemikiran yang kaffah, begitupun berusaha untuk mengubah perilakunya sesuai pemikiran yang islami, sembari terus mendakwahkan Islam kaffah, mengopinikan Islam sebagai solusi dari segala persoalan kehidupan.

“Jadilah wanita yang sulit dicari tetapi beruntung dimiliki.”

Kehadirannya selalu dinanti-nantikan setiap insan bukan karena keelokan rupanya namun keelokan akhlaknya lah yang membuat orang empati pada dirinya. 

"Hanya rahim wanita hebatlah yang akan melahirkan generasi-generasi emas."

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum Pemuda Negeri Besar Dukung Penuh Resmen Kadafi Jadi Wabup Way Kanan

Gerakan Perempuan Mengaji Seri 18: Mengupas Fiqh Sholat Berdasarkan Manhaj Tarjih

Skandal Korupsi Bank Indonesia: Triliunan Rupiah Mengalir ke Komisi XI DPR, KPK Usut Tuntas