BPIP DIHUJANI KRITIK

Sumber: Google.BPIP
Sumber:Google.BPIP.GelarKonserSolidaritas

Kepala BPIP Yudian Wahyudi kembali membuat kegaduhan yang menuai kritik publik.  BPIP gelar konser solidaritas kemanusiaan. Apakah konser merupakan bagian dari pembinaan ideologi pancasila?

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tanggal 28 Februari 2018. BPIP itu merupakan badan yang menjaga ideologi Pancasila, Membumikan Pancasila, dengan target utama anak-anak muda di bawah 39 tahun yang memerlukan sebuah injeksi tentang Pancasila dalam keseharian”  ujar presiden joko widodo.  Tidak hanya itu dalam perpres tersebut juga tercantum bahwa Dewan Pembina BPIP hingga para staf ahli BPIP mendapat gaji mulai dari Rp 112 juta hingga puluhan juta rupiah. Lantas, Apakah tugas dan fungsinya sudah berjalan dengan relevan?

Minggu, 17 Mei  2020 lalu BPIP gelar konser solidaritas kemanusiaaan di tengah pandemi covid-19 yang bertajuk bersatu melawan corona dan disiarkan langsung oleh berbagai stasiun televisi.  Menurut staf khusus dewan pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo menjelaskan bahwa konser tersebut merupakan wujud nyata gotong royong dalam mengatasi  pandemi covid-19.  Acara tersebut digelar bersama oleh MPR RI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB/Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19), serta artis-artis papan atas. 

Tentu hal tersebut banyak menuai kritik dalam ruang publik, BPIP dipandang salah kaprah karena menggelar konser di tengah pandemi virus covid-19. Bukan kah masih banyak program-program  lain yang bisa dillakukan oleh BPIP ini. Sejauh itukah kemampuan BPIP yang digaji begitu besar hanya untuk menggelar konser? 
Hal senada juga dilontarkan oleh Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat Politisi asal Kalimantan Timur, Irwan yang mengkritik bahwa konser virtual yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di tengah pandemi COVID-19 ini tidak tepat diadakan di tengah carut marut kondisi ekonomi masyarakat akibat wabah Wuhan, Cina itu di Indonesia, pemerintah justru membuat kegiatan yang  unfaedah sebagai bentuk pencitraan di tengah pandemi COVID-19. Dia pun menilai gelaran acara itu sebagai upaya pengalihan isu kegagalan pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19. Bukannya fokus penguatan PSBB malah memilih acara seremonial seperti konser musik. Ini pencitraan akut dan menyakiti hati rakyat yang semua lagi susah. Begitu tegasnya.

Lantas, benarkah konser yang  bertajuk “Bersatu Melawan Corona”  itu merupakan bentuk dari pengalihan isu dari kegagalan pemerintah dalam menangani covid-19 ini?
Nampak wajar memang apabila publik menilai bahwa konser yang dibuat itu untuk menutupi pragmatisme kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah selama pandemi corona, baik soal Perppu 1 tahun 2020, Kartu Prakerja, relaksasi PSBB, hingga kenaikan iuran BPJS, masalah bantuan sosial tidak merata, naiknya jumlah pasien positif dan pasien yang dirawat serta membeludaknya penumpang di transportasi darat, laut dan udara. Seharusnya ini yang diutamakan ketimbang konser pengalihan isu kegagalan pemerintah tangani Covid-19.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum Pemuda Negeri Besar Dukung Penuh Resmen Kadafi Jadi Wabup Way Kanan

Gerakan Perempuan Mengaji Seri 18: Mengupas Fiqh Sholat Berdasarkan Manhaj Tarjih

Skandal Korupsi Bank Indonesia: Triliunan Rupiah Mengalir ke Komisi XI DPR, KPK Usut Tuntas