UNTUK APA AKU ADA:HIDUP HANYA KIASAN BELAKA!


Atas nama Cinta, atas nama kesetiaan dan kasih sayang. Demi Tuhan, semua itu telah membelengguku begitu erat. Tanah basah itu perlahan mengering. Rumput dan pucuk-pucuk hijau menguning. Pohon-pohon meranggas dan alam mengerang setiap kali perputaran musim berganti. Namun aku tak bergeming, tetap mematung dalam belenggu cinta dan kesetiaan.

Tanah basah lagi, tanah kering lagi. Rumput hijau lagi, rumput menguning lagi. Alam meradang. Perputaran waktu telah mencekik leher dan menyeretnya kedalam lingkaran ketuaan. Kulitnya semakin mengerut dan wajahnya kusam. Rumput dan pucuk-pucuk telah berganti beberapa generasi.

Atas nama cinta dan kesetiaan. Aku terbelenggu, tanganku terikat, dan kakiku terpasung dalam kesetiaan.

Kuikat kata dalam mata batinku; kuredam rasa dalam sanubariku; kutelan sakit yang merajai. Kurangakaikan kata demi kata, dan setelah sekian lama semua tercipta menjadi sebuah pengungkapan dari alunan kepedihan. Kepedihan yang telah mengeras yang kemudian menjadikan jiwaku membatu.

Ingin kubagi duka-lara, pada siapa aku bisa menyandarkan asa. Ingin kuungkapkan kepedihan, dengan siapa aku bisa merasakan kebahagiaan dan cinta.

Angan adalah tunas dari sebuah asa; khayal adalah impian dan keinginan. Setelah sekian lama aku hidup dalam lumpur kepedihan, dalam sebuah kisah yang membuat rasaku sebagai perempuan terhempaskan maka salahkah bila aku berangan untuk mendapat kebahagiaan yang nyata?

Salahkah jika aku berkhayal bahwa aku, perempuan ingin dihargai seutuhnya?

Aku adalah seorang perempuan; dan aku adalah manusia. Kebutuhanku sebagai seorang perempuan lebih dari sekedar permainan janji dan harapan. Perasaanku adalah sebagai perempuan seutuhnya yang ingin perhatian, kasih sayang dan kelembutan.

Kekasih adalah jiwa terindah yang pernah tercipta setiap dekapnya janjikan kedamaian tuturnya adalah untaian cinta dan kelembutan dan semua tentangnya adalah lukisan indah tentang kebahagiaan Dan aku terpasung pada dinding sepi yang mendingin gelap bertaut di setiap relung mengiris dan merambati dinding hati kemudian aku terhempas dalam bimbang dan keputusasaan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum Pemuda Negeri Besar Dukung Penuh Resmen Kadafi Jadi Wabup Way Kanan

Gerakan Perempuan Mengaji Seri 18: Mengupas Fiqh Sholat Berdasarkan Manhaj Tarjih

Skandal Korupsi Bank Indonesia: Triliunan Rupiah Mengalir ke Komisi XI DPR, KPK Usut Tuntas