BAGAIMANA SOSOK PEMIMPIN YANG IDEAL?



Berbicara prihal pemimpin, Eksistensi seorang pemimpin memang sangat diperlukan dalam kehidupan. Namun, tidak semua pemimpin mampu menjawab apa yang diperlukan pengikutnya. Untuk itu, menjadi pemimpin bukan persoalan yang mudah dan muncul secara instan dengan sekadar diusung oleh nafas demokrasi. Sosok pemimpin perlu dibangun dalam proses panjang dan kekuatan kepribadian yang tangguh. Sosoknya secara ideal harus menjadi inspirasi bagi pengikutnya, bukan ditakuti dengan bayangan kekuasaan yang dimiliki.

 

Lantas, sosok pemimpin seperti apa yang kita nantikan? Ciri-ciri pemimpin muslim sejati adalah tidak tirani, adil dan tidak korup. Sebab seorang pemimpin negara dalam Islam adalah Khalifah an-Nubuwwah, artinya menggantikan tugas Nabi SAW baik dalam urusan duniawi, agama maupun negara. Ia harus mengerti ilmu agama sekaligus politik.

                                                    sumbergambar:google.pemimpinideal

faktanya dalam beberapa dekade terakhir ini terlihat adanya krisis kepemimpinan. pasalnya, sosok pemimpin yang diharapkan ialah mampu menjadi panutan, mengayomi, melindungi dan menjadi problem solver (pemecah masalah), namun kini jarang dan sulit ditemui.

Seorang pemimpin harus teruji apakah ia mampu menjadi sumber inspirasi bagi pengikutnya atau justru menjadi bumerang. Tatkala seorang pemimpin mampu mengeluarkan dan melestarikan kinerja bagi pengikutnya, maka ia akan menjadi tokoh sentral dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya. Untuk itu, diperlukan beberapa syarat kepribadian yang harus dimilikinya.

Pertama, memiliki integritas. Seorang pemimpin harus berusaha membawa kebaikan bagi seluruh pengikutnya tanpa melihat latar belakang pengikutnya. Untuk itu, seorang pemimpin tidak hanya memikirkan kebaikan untuk dirinya sendiri atau segelintir orang dari kelompoknya. Sebab, pemimpin yang memiliki integritas berusaha menyatukan antara kata dan perbuatan dan menyatukan perbedaan dalam satu nafas yakni tujuan bersama. Karna disetiap gerak kebijakannya menggambarkan visi dan impian dari semua lapisan yang dipimpinnya.

Kedua, seorang pemimpin harus memiliki kerendahan hati (tawadhu). Dengan sifat tawadhu yang dimilikinya, terlebih ditopang oleh kemampuan intelektualnya yang tinggi, hal in akan melengkapi kewibawaannya dan menjadkannya sosok inspiratif bagi pengikutnya. Kepribadian demikian tidak membuat jurang pemisah dengan para pengikutnya, baik pada aspek komunikasi, tampilan, bahkan kebijakannya. Namun, tatkala pemimpin memiliki keangkuhan, bersifat arogan, dan tidak mau mendengarkan masukan serta aspirasi anggota atau pengikutnya, maka yang muncul sikap masa bodoh. Bahkan lambat laun sikap ini berujung pada rasa frustasi dari aggota atau pengikutnya karena menganggap dirinya tak lagi diperlukan oleh seorang pemimpin. Akibatnya, pemimpin akan ditinggalkan pengikutnya. Ia hanya akan dikelilingi para jawara yang penuh kepentingan. Pemimpin yang demikian akan dipuja ketika ia memiliki kekuasaan, namun ditinggalkan tatkala ia lengser dari kursinya.

Ketiga, memiliki sikap humanity dengan mengalirkan energi hubungan kemanusiaan yang harmonis. Seorang pemimpin harus tetap sadar bahwa para pengikutnya adalah manusia biasa. Mereka bisa kelaparan, kelelahan, marah, kecewa atau kehilangan keyakinan. Untuk itu, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan dan menghidupkan energi kemanusiaan para pengikutnya. Langkah yang ditempuh adalah tatkala ia mampu memiliki kemampuan komunikasi yang mengedepankan aspek kemanusiaan, tanpa menginjak-injak nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Pendekatan humanity sesuai dengan pesan pepatah yang mengatakan, bahwa yang besar dihormati, yang sebaya dihargai, dan yang kecil disayangi. Namun Keindahan pepatah lama terasa semakin pudar dengan anggunnya dominasi kehidupan individualis dan primordial yang semakin mengental.

Keempat, pemimpin harus memiliki sifat amanah atas kepercayaan yang diberikan kepadan ya. Sifat amanah ini secara indah telah digambarkan dengan indah oleh Agama Islam dengan menggunakan kata kunci alif, mim dan nun. Kata tersebut seakar dengan iman dan aman. Artinya, tatkala seorang pemimpin memiliki keimanan yang kuat, maka ia akan mampu menjalankan amanah yang diembannya, sehingga apapun yang dititipkan padanya akan aman. Namun, tatkala keimanan telah hilang, maka amanah akan terpinggirkan, dan apapun yang dititipkan padanya tidak akan aman.

Kelima, pemimpin yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab berarti tetap teguh dan berfikir taktis untuk menerima segala resiko, berani  menanggung dampak dari segala keputusan yang timbul akibat tindakan yang telah dilaksanakan. seorang pemimpin yang ideal tentunya perlu memiliki sifat bertanggung jawab. Pengambilan keputusan terhadap cara kerja dan pelaksanaan misi suatu kelompok tentunya diputuskan dengan tidak tergesa-gesa. Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang tetap teguh dan mampu berfikir taktis untuk menerima segala resiko yang timbul dari keputusan yang diambil.

keenam, pemimpin yang visioner, dalam hal ini sosok pemimpin ideal juga harus memiliki program yang berpihak pada pencerdasan dan kemakmuran para pengikutnya. Kebijakan yang diambil mengacu pada peningkatan kualitas hidup para pengikutnya. Program ini bukan hanya dalam bentuk material dengan pembangunan fisik yang diperlukan oleh umat, namun juga dalam bentuk non material dengan menyiapkan wadah bagi terciptanya SDM generasi yang berkualitas dan siap pakai. Meski program non material ini jauh lebih sulit dibangun dan memerlukan waktu yang panjang, namun tatkala program ini diambil, maka secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan kemakmuran financial masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin visioner yang demikian menjadi dambaan umat. Ia berupaya menyiapkan generasi yang akan datang dengan kualitas lebih baik dibandingkan dirinya, sebab tantangan masa depan jauh lebih komplit dibanding tantangan pada masanya menjadi pemimpin. 

 

 
sumbergambar:google.pemimpinideal

Kepribadian di atas perlu ditopang oleh kekuatan empat pilar utama, yaitu pertama, kelompok penasehat yang berwibawa dengan muatan kecerdasan nasehat yang dimilikinya. Kedua, kelompok punggawa yang menjaga keamanan, harmonisasi, dan kenyamanan pengikutnya. Ketiga, kelompok penyandang dana untuk mendukung kebijakan yang diambil. Kekuatan dana yang dimiliki bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi dan koleganya semata, namun digunakan untuk membangun kemashlahatan umat manusia. Keempat, kelompok cendekia yang memiliki kekuatan dinamis dengan memberikan masukan dan nasehat cerdas guna terbangunnya kebijakan pemimpin yang mampu menjawab kebutuhan zaman secara bijak.

Kehadiran sosok pemimpin inspiratif yang demikian, merupakan dambaan dan sangat dinantikan. Semoga kepribadian yang dimunculkan menjadi inspirasi bagi para pemimpin dan calon pemimpin masa depan guna menuju kemakmuran dan keadilan bagi seluruh umat manusia.

"Jika Ingin menjadi pemimpin yang besar, Menulislah Seperti Wartawan dan Bicaralah layaknya orator" (Hadji Oemar Said Tjokroaminoto). 

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum Pemuda Negeri Besar Dukung Penuh Resmen Kadafi Jadi Wabup Way Kanan

Gerakan Perempuan Mengaji Seri 18: Mengupas Fiqh Sholat Berdasarkan Manhaj Tarjih

Skandal Korupsi Bank Indonesia: Triliunan Rupiah Mengalir ke Komisi XI DPR, KPK Usut Tuntas