MEMBANGUN BUDAYA LITERASI MASYARAKAT PEKON SRIKATON KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN
PRINGSEWU MELALUI PERPUSTAKAAN DESA
DAN TAMAN BACA MASYARAKAT
Wulan Octi Pratiwi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung
Email: wulanoctipratiwi@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk, mendeskripsikan penyebab rendahnya minat baca masyarakat khususnya generasi muda usia sekolah di pekon Srikaton; mendiagnosis berbagai penyebab rendahnya minat membaca masyarakat pekon Srikaton; dan merancang program kegiatan membaca sebagai upaya yang dapat mendorong masyarakat agar mau membaca sehingga terwujud budaya literasi khususnya pada generasi muda usia sekolah di pekon Srikaton, Kecamatan Adiiluwih, Kabupaten Pringsewu melalui pengadaan perpustakaan desa dan taman baca masyarakat (TBM). Pedekatan yang digunakan dalam pelaksanaan program dan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus dengan meneliti kejadian atau peristiwa terkait dengan minat baca dan budaya literasi. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan rekaman data. Teknik analisis data dilakukan melalui penyajian, analisis, uraian, dan pemaparan data terkait dengan minat dan budaya membaca masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa minat membaca masyarakat masih tergolong rendah karena belum tersedia sarana dan prasarana untuk membaca, tingkat pendidikan masyarakat rata-rata tamatan sekolah dasar, SMP dan putus sekolah. Dalam hal ini untuk dapat membangun dan meningkatkan minat baca guna menumbuhkan budaya literasi maka perlu dilakukan berbagai strategi dan program yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, seperti penyediaan sarana perpustakaan desa berbasis IT, pengadaan taman baca masyarakat, serta dapat diupayakan melalui pelibatan mahasiswa KKN untuk mengajar baca tulis selama dua sampai tiga bulan, dan perlu kerja sama dengan sekolah terdekat untuk memberikan akses kepada masyarakat putus sekolah guna mendapatkan kesempatan untuk belajar.
Kata kunci : Budaya, Literasi, Perpustakaan Desa, Taman Baca Masyarakat (TBM)
Abstract
This study aims to describe the causes of the low interest in reading in the community, especially the young generation at school age in the Srikaton pekon; diagnose various causes of low reading interest in the Pekon Srikaton community; and designing a reading activity program as an effort to encourage people to want to read so as to create a literacy culture, especially for the young generation of school age in the Srikaton Village, Adiiluwih District, Pringsewu Regency through the provision of village libraries and community reading parks (TBM). The approach used in the implementation of this program and research is a qualitative approach in the form of case studies by examining events or incidents related to reading interest and literacy culture. Data collection techniques through observation, interviews, and data recording. The data analysis technique was carried out by presenting, analyzing, describing, and presenting data related to the people's reading interest and culture. The results showed that the community's interest in reading was still low because the facilities and infrastructure for reading were not yet available. The average level of education of the community was primary school, junior high school and school dropouts. In this case, to be able to build and increase reading interest in order to foster a culture of literacy, it is necessary to carry out various strategies and programs that can reach all levels of society, such as the provision of IT-based village library facilities, provision of community reading parks, and can be pursued through the involvement of KKN students to teach. read and write for two to three months, and it is necessary to collaborate with the closest school to provide access for drop-out communities to get opportunities to learn.
Keywords: Culture, Literacy, Village Library, Community Reading Park (TBM)
Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki budaya. Bangsa indonesia merupakan bangsa yang kaya akan ragam dan budaya yang mengagumkan. Akan tetapi budaya luhur yang telah diwariskan itu kian terkikis oleh peradapan zaman, salah satu penyebabnya adalah karena para generasi penerusnya tidak gemar membaca dan mempelajari sejarah. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mempertahankan budaya luhur bangsa adalah dengan melahirkan generasi yang senang membaca.
Berdasarkan Data hasil survei UNESCO (2012) menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dari seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca, sehingga Indonesia dianggap tertinggal jauh dibandingkan dengan negara- negara lain (ASEAN). Rata-rata indeks tingkat membaca di negara-negara maju berkisar 0,45-0,62 (www.republika.co.id). Data ini juga menunjukkan bahwa indeks minat baca di Indonesia termasuk rendah. Namun demikian, masih banyak para ahli di bidang literasi yang meyakini jika minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya tinggi, hanya saja akses baca serta minimnya ta- man bacaan dan buku yang berkualitas menjadi faktor lain yang berakibat pada rendahnya minat baca masyarakat.
Hal ini yang menjadi tantangan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah dan juga lembaga yang bergerak di bidang pendidikan untuk menyediakan akses baca dan buku berkuali- tas hingga pelosok negeri. Ketersediaan bahan bacaan dengan buku-buku yang bermutu dan memadai memungkinkan setiap orang atau anak dapat memilih untuk memilih bahan bacaan sesuai dengan minat dan kepentingan membaca.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa salah satu faktor yang menunjang kebiasaan membaca adalah minat baca. Berkaitan dengan minat baca, sudah banyak ditulis di berbagai media masa cetak maupun online dan juga sering dibicarakan di forum seminar, simposium, maupun diskusi ilmiah lainnya, namun masih saja topik ini masih sangat menarik dibicarakan. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan di tempat walaupun usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat baca masyarakat, seperti
guru, pustakawan, penulis, media masa dan gerakan cinta buku. Padahal jika dicermati sejenak penerbitan majalah dan koran, dalam sepuluh tahun terakhir jumlah nama dan judulnya sangat meningkat tajam.
Rendahnya minat baca ini tidak bisa di- biarkan terus menerus karena akan membentuk generasi pemalas dan dekat dengan kebodohan. Budaya membaca harus dipaksakan tertanam pada masyarakat Indonesia agar terhindar dari resiko buruk seperti kurangnya wawasan, informasi, dan pengetahuan akibat dari rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Membangun budaya, selain di keluarga juga harus dimulai dari ling- kungan sekolah karena sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berperan sangat penting bagi pengembangan potensi sumber daya manu- sia. Namun harus diakui bahwa secara umum kegiatan membaca dan menulis belum menjadi tradisi di sekolah. Bahkan di lingkungan sekolah yang merupakan sebuah komunitas akademik, kegiatan membaca dan menulis di kalangan guru maupun siswa masih rendah.
Kehadiran sentra baca di lingkup pedesaan ini memiliki beberapa makna yang cukup berarti yakni untuk Mempermudah keterjangkauan buku atau bahan pustaka lain kepada masyarakat. Agar masyarakat dapat terbiasa dan tidak merasa malas membaca hanya karena tidak ada nya fasilitas perpustakaan didaerahnya. Mempermudah masyarakat desa dalam mendapatkan buku yang diperlukannya.
Membentuk kebiasaan membaca masyarakat tidak mudah untuk ditumbuhkan di zaman ini, mengingat jaman kecanggihan teknologi yang membuat ke tertarikan anak-anak lebih kepada media daripada buku. Waktu mereka juga lebih banyak dihabiskan di depan televisi dibandingkan untuk membaca. Untuk itu, perlu ada gerakan bersama dari seluruh elemen masyarakat mengalakkan kegiatan literasi guna menumbuhkan budaya membaca yang pesat pada bangsa ini, sehingga kualitas sumber daya manusia Indonesia akan meningkat dan sejajar dengan negara maju di dunia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai upaya untuk membangun minat baca masyarakat melalui pengadaan Perpustakaan desa dan Taman baca masyarakat. Untuk itu penulis mengangkat Judul tentang “Membangun Budaya Literasi Masyarakat Pekon Srikaton Melalui Perpustakaan dan taman Baca Masyarakat. Dengan maksud untuk mendeskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan dalam program pemberdayaan masyarakat. Seperti tujuan dalam penelitian yakni untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana upaya dalam membangun minat baca masyarakaat melalui perpustakaan desa dan TBM Pekon Srikaton.
Adanya Penelitian ini diharapkan bisa menambah khasanah ilmu dan pengembangan pengetahuan di bidang Ilmu Perpustakaan khususnya mengenai kajian peran TBM. Selanjutnya, pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Pemerintah, Elemen masyarakat dan khususnya penulis sendiri dalam melakukan pemberdayaan masayarakat dikemudian hari.
B. MASALAH DAN TARGET LUARAN
Pekon Srikaton merupakan salah satu pekon yang berada di kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu. sebagian besar masyarakat pekon srikaton adalah buruh tani yang asing dengan dunia pendidikan dan masih banyak yang berpenghasilan di bawah pendapatan nasional rata-rata. Serta masih banyaknya anak-anak usia sekolah yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Berorientasi terhadap keadaan sosial masyarakat pekon Srikaton yang masih jarang berpendidikan tinggi dan pola pikir masyarakat yang tidak menganggap penting pengetahuan, maupun masih banyaknya warga yang tidak mampu menyekolahkan sampai ke jenjang lebih tinggi, maka kami menganggap perlu menyajikan menu baru untuk menggugah dan mendekatkan masyarakat dengan jendela ilmu berupa buku. Masyarakat perlu diperhatikan dalam hal pengayaan ilmu pengetahuan karena dengan pengetahuan setidaknya masyarakat akanmengerti dan memahami hal-hal yang selama ini mereka abaikan dan anggap tidak penting menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
Kuliah Kerja Nyata Dari Rumah (KKN-DR) UIN Raden Intan Lampung merupakan suatu program pengabdian mahasiswa kepada masyarakat dari perguruan tinggi yang bertujuan memberdayakan masyarakat pekon yang menjadi sasaran KKN. Terutama dalam membangun masyarakat yang berwawasan, berpengetahuan dan bermoral. Karena hal tersebut merupakan sarana utama dalam membangun bangsa yang sesuai dengan tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan begitu minat dan kebutuhan masyarakat untuk gemar membaca memerlukan perhatian serius dari segala lapisan masyarakat, pemerintah, aktor pendidikan dan dari pihak yang sadar dan peduli akan arti pentingnya membaca bukan hanya sebagai hobi, tetapi juga pemutus rantai kemiskinan, kebodohan dan ketidakpedulian sosial.
Berdasarkan hal diatas, penulis yang merupakan salah satu mahasiswa KKN-DR UIN Raden Intan Lampung berupaya untuk menjembatani masalah edukasi masyarakat khususnya anak-anak dan remaja untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan. Dengan ini mahasiswa KKN-DR UIN Raden Intan Lampung memiliki program kerja pengadaan perpustakaan desa dan taman baca masyarakat di pekon Srikaton. Dengan tujuan untuk membantu masyarakat khususnya anak-anak dan remajaa pekon Srikaton untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang edukasi.
C. METODE
Sesuai dengan tujuan penelitian dan pelaksanaan program pengadaan perpustakaan desa dan taman baca masyarakat pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analitis kualitatif dengan berusaha menggambarkan budaya literasi dapat melekat pada diri masyarakat sebagai bentuk kesadaran akan pentingnya membaca. Sugiyono (2014:2) menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan cara membaca yang tidak ada, peluang untuk melanjutkan ke pendidikan dasar dan menengah yang tidak dapat dilanjutkan karena alasan tertentu seperti keterbatasan waktu dan tuntutan untuk mencari nafkah. Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut, yaitu: 1) mendeskripsikan penyebab rendahnya minat baca masyarakat khususnya generasi muda usia sekolah, (2) mendiagnosis berbagai penyebab rendahnya minat membaca masyarakat, dan (3) merancang program kegiatan literasi yang dapat mendorong masyarakat agar mau membaca sehingga terwujud budaya literasi khususnya pada generasi muda usia. Metode deskriptif-analisis ini dilakukan dengan menyajikan, menganalisis, menguraikan, dan memaparkan data apa adanya terkait dengan permasalahan penelitian, yakni rendahnya minat baca masyarakat. Lokasi penelitian dan pelaksanaan program di pekon Srikaton, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu. masyarakat yang tinggal di lokasi ini mayoritas bekerja sebagai petani dan profesi lain- nya, serta sebagian besar penduduknya putus sekolah.
Teknik pengumpulan data penelitian melalui obeservasi, dokuumentasi dan wawancara. Kegiatan observasi ini digunakan untuk mengetahui gambaran awal tentang
kondisi lokasi penelitian dan objek yang akan diteliti. Wawan- cara digunakan untuk menggali dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan data yang diteliti.Teknik analisis data dilakukan dengan cara: data-data dari penelitian berupa rekaman wawancara dan observasi, akan dipindahkan atau ditranskripkan dalam bentuk field note (catatan lapangan). Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan men- dalam yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang subjek, aktivitas, ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut (Idrus, 2009). Setelah itu data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan tema. Selain itu juga peneliti akan menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
D. PEMBAHASAN
Program pengadaan perpustakaan desa dan taman baca masyarakat ini merupakan suatu program yang berbentuk Pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, untuk menjalankan hidup masyarakat yang lebih baik dalam segala bidang. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang artinya ialah kekuatan atau kemampuan” (Sulistiyani, 2004). Kemudian lebih lanjut (Wrihatnolo & Dwidjowijoto, 2007) menerangkan bahwa pemberdayaan masyarakat diartikan sebuah proses menyeluruh: yaitu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat menurut World Health Organisation dalam (Abu, 2014) yang memaparkan bahwa pemberdayaan masyarakat lebih dari sekedar keterlibatan, partisipasi atau keikutsertaan masyarakat.
Proses pemberdayaan masyarakat yang dimaksud meliputi: Getting to know the local community. Artinya, mengetahui karakteristik masyarakat yang diberdayakan. Mengetahui bahwa proses pemberdayaan masyarakat merupakan hubungan timbal balik antara petugas pendamping/Penyuluh dengan masyarakat. Gathering knowledge about the local community. Artinya, mengumpulkan pengetahuan menyangkut informasi pola kehidupan masyarakat. Identifying the local leaders. Artinya, mengidentifikasi pimpinan masyarakat setempat atau tokoh masyarakat yang dijadikan lokasi untuk pemberdayaan masyarakat. Stimulating the community to realize that it has problems. Artinya, di dalam masyarakat yang terikat dengan adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka memiliki masalah yang harus dipecahkan dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Helping people to discuss their problem. Artinya, mendorong dan membantu masyarakat untuk mendiskusikan masalah yang ada dan kemudian membantu merumuskan pemecahan masalah secara bersama. Helping people to identify their most pressing problems. Artinya, masyarakat perlu dibimbing agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling mmendesak atau masalah yang paling diprioritaskan. Fostering self-confidence. Artinya, membangun rasa percaya diri pada masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan. Deciding on a program action. Artinya, masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan dijalankan. Program action harus ditetapkan berdasarkan skala prioritas dari rendah, sedang, dan tinggi. Recognition of strengths and resources. Artinya, membuat masyarakat paham dan mengerti bahwa mereka memiliki kemampuan dan sumber daya yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya. Helping people to continue to work on solving their problems. Artinya, merupakan tindakan terencana yang dilakukan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, masyarakat harus diberdayakan agar dapat bekerja memecahkan masalah yang dihadapinya secara berkenlanjutan. Increasing people!s ability for self-help. Artinya, meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat. United Nations dalam (Hadiwijoyo, 2012).
Definisi diatas dikembangkan lagi oleh (Mardikanto, 2015), yang menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat diartikan (a) sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui Collective action dan Networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologis, dan sosial, dan (b) dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat adalah melalui pengadaan perpustaakaaan desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Hal ini didukung dengan pernyataan yang disampaikan (Direktorat Pendidikan Masyarakat, 2006) bahwa salah satu manfaat perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat (TBM) yaitu dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang. Taman bacaan masyarakat yang selanjutnnya disebut TBM, merupakan salah satu program pemerintah yang berlandaskan pada Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat 4, tercantum bahwa satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis. TBM merupakan salah satu pusat kegiatan belajar masyarakat yang mana mampu menjadi alternatif dalam mempermudah akses bahan bacaan dan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat, sehingga masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah yang berlokasi di daerah terpencil yang aksesnya sulit dijangkau akan lebih mudah dalam memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkannya.
Kalida,mengemukakan bahwa TBM merupakan salah satu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan segala informasi mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya. (Kalida, 2010). Pengertian yang serupa juga dipaparkan oleh (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) bahwa TBM merupakan suatu bentuk sarana atau lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multimedia lain yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.
Dengan adanya Perpustakaan desa dan TBM dapat dimanfaatkan sebagai lembaga pendidikan non-formal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mengembangkan potensi masyarakat serta memberikan solusi kepada masyarakat atas apa yang menjadi masalah di sekitarnya. Program serta inovasi yang dilakukan melalui perpustakaan desa dan TBM diharapkan mampu mewujudkan budaya literasi masyarakat, yang dibuktikan dengan meningkatnya minat baca masyarakat serta kualitas SDM. Konsep perpustakaan desa dan TBM yang hadir dari masyarakat dan untuk masyarakat diharapkan mampu menjadi akselerasi dalam mewujudkan budaya literasi masyarakat. Berdirinya TBM sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat juga memiliki posisi yang sangat strategis untuk mengembangkan potensi masyarakat. Hal diatas sesuai dengan tujuan didirikannya TBM menurut (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) dalam bukunya yang berjudul Buku Petunjuk Teknis Pengajuan, Penyaluran, dan Pengelolaan Bantuan Taman Baca Masyarakat Rintisan, menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) tujuan TBM yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca masyarakat.
2. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca.
3. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar.
4. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan, berketerampilan, berbudaya maju, dan beradab.
Selain tujuan, TBM juga memiliki peran di masyarakat. (Direktorat Pendidikan Masayarakat, 2006) menjelaskan bahwa peran TBM yaitu:
1. TBM berperan sebagai media atau jembatan yang menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
2. TBM berperan sebagai lembaga dalam membangun minat baca masyarakat dengan cara menyediakan koleksi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
3. TBM memiliki peran aktif sebagai fasilitator, motivator bagi masyarakat yang ingin mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
4. TBM sebagai agen perubahan, agen pengembangan dan agen kebudayaan yang ada di masyarakat sekitar.
5. TBM sebagai lembaga pendidikan non formal bagi masyarakat, yang mana masyarakat bisa belajar mandiri, melakukan penelitian atau melakukan seluruh kegiatan belajar.
Hadirnya perpustakaan desa dan pengaktifan kebiasaan baru di tengah era new normal saat ini melalui TBM merupakan salah satu upaya positif yang relevan denngan program pemberdayaan masyarakat. Hadirnya TBM tersebut bercita-cita sebagai sarana bertumbuhnya kebersamaan yang diarahkan untuk membangun masyarakat pedesaan kearah yang lebih baik melalui harapan, cita-cita dan karya nyata.
Dengan begitu harapnya adanya perpustakaan desa dan Taman bacaa masyarakaat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui rutinitas TBM di Pekon Srikaton, permasalahan mengenai minimnya minat baca masyarakat bisa terselesaikan, masyarakat mampu menjaga kebudayaan lokal yang ada di Srikaton dengan baik, serta anak-anak di pekon Srikaton mampu memiliki keterampilan tertentu. Bukan tidak mungkin jika cita-cita untuk mewujudkan budaya literasi masyarakat sudah terwujud maka kesejahteraan masyarakatpun akan mengikutinya.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan data Penelitian tentang minat dan budaya membaca masyarakat di Pekon Srikaton, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu masih tergolong rendah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti belum tersedianya sarana dan prasarana untuk membaca, tingkat pendidikan masyarakat rata-rata tamatan sekolah dasar bahkan ada yang putus sekolah dan ada yang buta aksara. Untuk meningkatkan minat baca guna menumbuhkan budaya literasi dan melek huruf perlu dilakukan berbagai strategi program yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, seperti (1) upaya penyediaan sarana prasarana perpustakaan desa dan taman baca masyarakat (2) pelibatan mahasiswa KKN yang langsung tinggal di rumah penduduk sekaligus mengajar baca tulis selama dua sampai tiga bu- lan, dan (3) kerja sama dengan sekolah terdekat untuk memberikan akses kepada masyarakat putus sekolah guna mendapatkan kesempatan belajar. Peningkatan budaya literasi dan minat baca sangat penting dilakukan untuk mendukung keberlanjutan pembangunan SDM di daerah khususnya pekon Srikaton.
Pengalokasian dana desa untuk menunjang program pemberantasan buta huruf yang jumlahnya masih cukup tinggi perlu diprioritas- kan, guna mewujudkan generasi cerdas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, Pramila dan Ahuja, G.C. Membaca Secara Efektif dan Efisien. Martiani, Tina. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. 2010.
Cahyani, I. (n.d.). Peningkatan dan Pengembangan Keterampilan Membaca Melalui Teknik-Teknik Membaca dan Pembinaan Perpustakaan Bagi Guru-Guru Sekolah Dasar Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Jurnal.upi.edu. http://jurnal.upi.edu/ file/Isah.pdf.
Gong, A Gol & Irkham, M Agus. Gempa Literasi. Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer, 2012.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga, 2009.
Nurgiantoro, Burhan. “Tahapan Perkem- bangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak”. Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2, 197-216.
Nurhadi. Membaca Cepat dan Efektif. Band9999ung: Sinar Baru, 2010.
Prasetyono, Dwi Sunar. Rahasia Menga- jarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Think, 2008.
Republika Online. Minat Baca. (web publica- tions). Retrieved 12 October, 2017,from http://www.republika.co.id/berita/k oran/ opini-koran/15/02/27/nkf7k917-minat- membaca.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2014.
Susilowati, Suci, 2016 “Meningkatkan Kebi- asaan Membaca Buku Informasi pada Anak Sekolah Dasar”. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XX/Mei, 41-49.
YPPI. ( April 3, 2012). Pengertian, Tujuan, Fungsi dan Tugas Taman Bacaan Masyarakat (TBM). 14 Agustus 2020 dari http://www.pustakaindonesia.org/2012/04/03/pengertian-tujuan-fungsi-dan-tugas-taman-bacaan-masyarakat-tbm/
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ARTIKEL ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini;
Nama : Wulan Octi Pratiwi
NPM : 1711100164
Tempat/Tanggal Lahir: Srikaton, 16 Oktober 1999
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Perguuruan Tinggi :UIN Raden Intan Lampung
Alamat Rumah :Jl. Shinta, RT/RW 001, Srikaton, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu
Dengan ini menyatakan bahwa karya dengan judul “Membangun Budaya Literasi Masyarakat Pekon Srikaton Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Melalui Perpustakaan Desa Dan Taman Baca Masyarakat” merupakan hasil karya saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun sebagian, dalam bentuk jurnal, working paper atau bentuk lain yang dipublikasikan secara umum. Artikel ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang menyangkut ekspresi kalimat dan desain penulisan.
Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggungjawab dan integritas.
Srikaton, 18 Agustus 2020
Yang menyatakan,
Wulan Octi Pratiwi
NPM. 1711100164
Komentar
Posting Komentar